Rabu, 06 April 2011

REINVENSI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH

Judul : Reinvensi Pendidikan Muhammadiyah
Penulis : Mohamad Ali
Penerbit : Al-Wasat Publishing House
Terbit : I, Mei 2010 M/ Jumadil Akhir 1431 H
Halaman : 210 Halaman


Berbicara tentang pendidikan di negeri ini tidak akan lepas dari peran dan kiprah pendidikan Muhammadiyah yang sudah berlangsung selama satu abad. Tak ada seorang pun yang meragukan kontribusi pendidikan Muhammadiyah yang tersebar di seluruh pelosok nusantara dengan ribuan institusi pendidikan mulai dari taman kanan-kanak sampai perguruan tinggi.

Pendidikan Muhammadiyah tengah menghadapi tantangan yang tidak ringan. Ia harus mampu menjawab setumpuk persoalan bangsa di tengah semakin derasnya tantangan global yang ada saat ini. Akan tetapi realitanya di tengah makin berat tantangan yang harus dihadapi justru didapati sinyalemen kuat adanya gejala kemandegan pemikiran pendidikan Muhammadiyah. Untuk itu diperlukan satu formula dan gagasan baru sebagai upaya penyegaran konsep dan identitas pendidikan Muhammadiyah agar tidak jumud dan terus selaras dengan tuntutan zaman.

Kira-kira, hal seperti itulah yang ingin digambarkan dalam buku yang ditulis oleh Mohamad Ali ini, seorang pakar dan praktisi pendidikan yang sukses meretas sekolah unggulan yang identik dengan Kurikulum Sekolah Syari’ah (KSS), SD Muhammadiyah Kottabarat.

Dalam buku ini penulis menguraikan idenya dalam tiga tema besar. Ia mengawali dengan mencoba melontarkan gagasan untuk mengkonsep ulang (rekonsepsi) pendidikan Muhammadiyah di tengah-tengah dogma kuat Muhammadiyah yang diidentikkan dengan adda’wah bil hal yang lebih mementingkan aksi dari pada sekedar berkutat pada teori dan konsep.

Pencarian konsep ini menurut Mohamad Ali, tidak bisa lepas dari sumber pemikiran Muhammadiyah yang meliputi: Al Quran dan As sunnah, paham yang dianut oleh Muhammadiyah, pemikiran tokoh-tokoh pendidikan Muhammadiyah, dan praktik yang terjadi di lapangan.

Pada bagian berikutnya, penulis membagikan pengalaman suksesnya dalam merintis sekolah-sekolah unggulan dengan ‘membangkitkan’ dan ‘menghidupkan’ kembali sekolah-sekolah Muhammadiyah yang hampir gulung tikar. Ia melakukan setidaknya 4 tahapan inovasi, mengutip dari teori Michael Fullan, yakni initiation, implementation, continuation, dan outcome sebagai satu rangkaian yang terus berputar.





Terakhir yang juga tidah kalah menarik untuk dijadikan referensi diskusi, Mohamad Ali juga menyorot dinamika pendidikan nasional kontemporer seperti pelaksanaan Ujian Nasional (UN), pentingnya kurikulum kewirausahaan, sampai pada wacana peninjauan kembali program RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) yang ia istilahkan dengan sekolah negeri bergaya swasta.

Bagi pembaca, buku ini akan lebih menarik jika Mohamad Ali dapat secara detail menunjukkan atau menggambarkan tahapan inovasi yang ia lakukan dalam bentuk praksisnya. Dengan begitu, buku ini tidak sekadar menyajikan konsep-konsep yang masih umum dan belum praktikal, sehingga mampu menebarkan ‘virus’ (meminjam istilah penulis) yang benar-benar bisa ditularkan di sekolah-sekolah lain. Selain itu, jika saja penulis mau menambahkan beberapa dokumentasi berupa foto atapun catatan mengenai pengalamannya di lapangan, niscaya buku ini akan semakin menarik.

Secara keseluruhan buku ini dapat dikatakan sebuah persaksian penulis. Mengapa demikian? Karena inti dari buku ini adalah pergumulan penulis dalam menafsirkan pendidikan Muhammadiyah dan aktualisasi praksis dalam mengejawantahkan tafsirannya. Inilah yang membuat buku ini menarik bagi kalangan pendidikan, khususnya pendidikan Muhammadiyah.***

Peresensi: Habib Adnan P.
Aktifis muda Muhammadiyah
(Mahasiswa Program Magister Manajemen Pendidikan Pascasarjana UMS)